Semangat Pagi!! Selamat Datang di komunitas planter Indonesia... Sebagai wadah komunitas planter untuk sharing, discuse dan seputar informasi dunia perkebunan terbaru
«»
Cari Kerja?

Mari Berinvestasi Kebun Kelapa Sawit

Bagi anda yang berminat membeli kebun secara pribadi, saya coba memberikan beberapa masukan seputar faktor penentu  harga kebun sawit. Faktor-faktor tersebut meliputi harga tanah dan biaya pembangunan (operasional) kebun itu sendiri.  Bila anda belum pernah memiliki kebun sawit sebelumnya dan sekedar membuka wawasan,
 berikut saya sajikan ulasan mengenai penentu harga kebun sawit di sekitar Riau.
 Lokasi
Yang pasti semakin dekat dan  mudah ke akses jalan akan membuat harga tanah tinggi. Dan akan lebih tinggi lagi bila lokasi kebun itu dekat dengan PKS (Pabrik Kelapa Sawit). Demikian juga sebaliknya. Sebagai perbandingan "kasar", harga kebun di lokasi yang akses jalannya susah (jauh) pada kebun umur 3 tahun tanam seharga Rp.30juta/hektar, di lokasi yang aksesnya mudah (dekat) dengan kondisi yang sama dengan diatas bisa dihargai  Rp.120juta bahkan lebih per hektarnya.
Kondisi/jenis tanah
Tanah mineral lebih baik dari tanah gambut. Tanah yang konturnya relatif datar lebih baik dari tanah berbukit. Tanaman sawit adalah tanaman yang membutuhkan banyak air, jadi tanah yang dekat dengan sumber air (muka air tanah yang tidak terlalu dalam) akan sangat baik pertumbuhannya.
Legalisasi tanah yang dimiliki
Sebelum membeli  pastikan apa surat legalitas yang ada. Apakah SHM, SKGR, SKT, dll. Tentu makin tinggi status surat legalitasnya akan semakin mahal harga kebun tersebut.
Jenis  bibit yang ditanam
Tidak jarang kebun sawit dibuat dengan tujuan nantinya akan dijual kembali kepada pembeli. Tentu kebun yang seperti ini kurang meyakinkan sumber bibitnya, orang dia sendiri tidak mengharapkan hasil panen terbaik, hanya untuk dijual. Bibit yang baik sebaiknya berasal dari produsen yang sudah dilegitimasi, seperti PPKS (PPP Marihat dan PPP Medan/RISPA), PT. Socfindo, OPSG Topaz (Asian Agri), Dami Mas (SMART), dan Sriwijaya (Selapan Jaya).
 Cara perawatan tanaman
Kebun yang terawat sejak dari awal akan memberikan potensi panen yang optimal, karena perawatan yang baik akan memberikan keseragaman tanaman baik dari segi umur dan kecukupan unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman. Kebun yang dirawat dengan baik akan berproduksi secara optimum hingga umur 30 tahunan.
Usia tanam
Semakin produktif kebun , akan semakin tinggi harganya. Ini so pasti kan?  Bagi anda yang berminat membuka kebun sendiri dari nol, tentu ini tidak penting.  Namun bagi anda yang berminat membeli kebun yang sudah jadi tentunya harus mempertimbangkan usia tanamannya. Membeli kebun pada saat berbuah pasir (sekitar umur 2 tahun tanam) lebih baik daripada yang baru saja siap ditanam, karena pada umur ini sudah mulai bisa kita lihat buah yang keluar.  Biasanya secara visual kondisi  kebun secara umum dapat kita perkirakan baik atau tidak.... untuk ini diperlukan sedikit pengalaman...hehehehe,,, sedikit aja sudah cukup koq.


Bagi anda yang sudah mengenal agrobisnis sawit, tentu tidak pelu mempertanyakan kebenaran cerita ini. Tetapi untuk membuka wawasan bagi anda yang masih buta dalam hal berkebun sawit, dengan senang hati saya buatkan perhitungannya berdasarkan kenyataan di lapangan. Tentu bagi anda yang gemar membaca bisa membandingkannya dengan teori yang banyak terdapat di buku-buku tentang sawit.
Berikut perhitungannya:

Kondisi tanaman: terurus dengan baik, dan umur tanam 6 tahun:
Dalam 1 hektar terdapat tanaman sebanyak 136 batang pokok sawit.
Dengan rotasi panen 1 minggu sekali, diperoleh setengahnya atau 68 batang dengan rata-rata jumlah TBS (tandan buah segar) per pokok 1 tandan.
Berat TBS sekitar 10Kg. Atau dalam 1 hektarnya diperoleh: 68 btg x 1TBS x 10 = 680kg
Untuk 2 hektar, hasil tersebut dikalikan dengan 4 sehingga diperoleh 2720 Kg.
Dengan harga TBS sekarang mencapai hingga Rp.1.700/Kg, maka penghasilan sebesar 4,5 jt per bulan sudah ditangan.

Eeiit… tunggu dulu, kan masih ada biaya operasional??? Mestinya kan dikurangkan dulu… Ya memang benar. Biasanya para petani transmigrasi di Riau mengelola sendiri kebunnya, apalagi bila memiliki 2 hektar saja. Para petani hanya perlu mengeluarkan biaya pupuk dan herbisida sekitar Rp.500.000;/bulan per 2 hektar, sehingga penghasilan bersih sekitar 4 juta rupiah.

Perhitungan ini berlaku untuk setiap kelipatannya. Biasanya luas kebun dihitung dalam satuan kapling, dimana dalam 1 kapling terdapat 2 hektar. Maka bila memiliki 1 kapling pendapatan 4 juta bersih per bulan sudah ditangan. Bila luas kebunnya 2 kapling, maka potensi pendapatan adalah 8 juta per bulan, dst. Tentunya semakin besar luas kebunnya memerlukan karyawan untuk pengurusan kebun, untuk itu perlu diperhitungkan biaya untuk karyawan. Untuk efisiennya, dalam 5 kapling terdapat 1 keluarga untuk mengurus kebun tersebut yang upahnya bisa dirundingkan. Upah untuk pengurus kebun yang berlaku sekarang ini di Riau mulai sekitar Rp. 1,5 jt per bulannya.

Nah gimana? Tertarik investasi di kebun sawit ini? Bagaimana bila anda punya 10 kapling? Potensi pendapatan anda bisa mencapai 50jt per bulannya. Dengan nilai investasi sekarang ini yang bervariasi mulai harga 50jt / hektarnya, anda bias menghitung sendiri berapa BEPnya bukan?

Dalam penanaman kelapa sawit maka ada beberapa jenis pekerjaan yang akan di lakukan yaitu mulai dari pembukaan lahan, penanaman, pembuatan jalan dan parit serta pemeliharaan menjelang panen. saat ini biaya untuk investasi pembuatan kebun kelapa sawit adalah sekitar Rp. 40.000.000/Ha.
Berikut adalah cara menghitung atau analisa investasi untuk menanam kebun kelapa sawit hingga berproduksi dalam satu hektar :
1. Pembukaan lahan
a. Imas                                                Rp.    700.000
b. Tumbang/Cincang                            Rp. 1.000.000
c. Stacking                                          Rp. 3.500.000
2. Penanaman
a. Bibit                                               Rp. 4.760.000
b. Pancang/Lobang/tanam                   Rp. 2.720.000

3. Pembuatan Jalan

a. Alat Berat & Sirtu                           Rp. 5.000.000
Sub Total Biaya Hingga Tanam      Rp. 17.680.000
4. Pemeliharaan Hingga Panen

a. Perawatan (semprot/pupuk/hama)         Rp. 22.000.000
Total Biaya investasi kebun sawit hingga panen Rp. 39.680.000
Demikian dulu informasi gambaran tentang biaya investasi kebun kelapa sawit, semoga membantu. Untuk informasi detail dapat menghubungi kami

Penyakit Busuk Pangkal Batang atau Basal Stem Rot (BSR) adalah suatu penyakit yang paling banyak menyerang tanaman sawit di Indonesia, sehingga menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi petani pekebun dan perusahaan. Ciri tanaman sawit yang terkena BSR ini adalah daun berwarna hijau pucat, janur (daun muda) yang terbentuk sedikit, daun tua menjadi layu dan kemudian patah, serta dari tempat yang terinfeksi mengeluarkan getah.

Penyakit BSR inilah yang biasanya menyebabkan pohon sawit bisa tumbang atau patah batang secara tiba-tiba, seolah tanpa sebab, menimpa orang atau pekerja, sehingga sering dikaitkan dengan takhayul. Sialnya, kepatahan pohon itu sering terjadi saat pekerja sedang memanen TBS dengan cara mengegreknya. Tarikan egrek itu menjadi pemicu tumbangnya pohon, dan biasanya mengarah ke pekerja.

Adapun penyebab BSR ini adalah sejenis jamur mikroskopis yang bernama Ganoderma sp. Ada beberapa varian dari ganoderma sp, diantaaranya adalah : G.applanatum, G.lucidum, G.pseudofferum dan yang paling banyak ditemukan di Indonesia adalah G.boninesse.

Sampai sepuluh tahun yang lalu, belum ditemukan cara yang efektif untuk membasmi jamur ganoderma sp. ini. Dalam berbagai percobaan di laboratorium, hampir semua fungisida kimiawi dapat mengatasi jamur ini, tetapi tidak ketika diterapkan di lapangan.

Adapun ciri bibit besar yang bagus adalah sama dengan ciri bibit baby, ditambah adanya sulur pada ujung pelepah daun yang bagian atas. Selain itu, jangan pilih bibit besar yang tumbuh besar jauh melebihi kawan-kawannya, karena biasanya bibit itu adalah jantan. Kalau pun mau di tanam utk membantu penyerbukan nantinya, tanamlah satu pohon saja utk setiap 51 pohon.

Biasanya, bibit besar yang ditempatkan dibagian pinggiran pembibitan, akan tumbuh tidak setinggi kawannya yang lebih ke tengah. Ini normal saja. Dan bibit yang di pinggir ini bukanlah bibit yang tak bagus.

4. Bila pucuk kelapa sawit atau kelapa biasa terserang penggerek hama, semprot saja dengan air garam. Ingat, jangan biarkan lama-lama, karena pertumbuhan pucuk tanaman bisa sangat terganggu.

5. Untuk menormalkan sawit jagur/buah jarum.
Pohon sawit yang hanya berbuah kecil dan didominasi duri saja, jangan ditebang atau diganti baru, karena dapat dinormalkan dengan cara : panenlah buahnya dan potong pelepah sesuai jadwal kawannya yang berbuah normal. Setiap panen, kumpulkan sampah atau daun sawit yang kering disekeliling pangkal batangnya, lalu dibakar. Ukurlah besar tumpukan sampah hingga tak menyebabkan kematian karena api terlalu besar. Usahakan agar daun terbawah sampai layu sedikit. Lakukan setiap panen, sampai buahnya jadi normal. Biasanya sekitar 6 bulan sampai setahun. Cara ini umum dilakukan para petani sawit rakyat di Sumatera Utara, dan tingkat keberhasilannya biasanya di atas 90 %

So.. gaess... masih mikir2 mau berinvestasi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon untuk tidak memposting konten yang mengandung unsur pornografi, SARA,dan ataupun menghujat golongan atau kelompok tertentu

 

About Me

SEMANGAT PAGI!! Saya hanya seorang BHL perkebunan di Smart.Tbk yang mencoba menyalurkan hobby didunia maya guna menciptakan sarana "Lingkaran Pagi" bagi sesama Planter. Adalah alumni INSTIPER Jogja yang masih perlu banyak belajar,Untuk detail tentang saya, silahkan klik link FB + Tweet dibawah.,Read More..

Artikel Terbaru